Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengusulkan agar perundingan damai dengan Rusia kembali digelar, setelah pembicaraan antara kedua negara terhenti bulan lalu. Dalam pidato malamnya, Sabtu (19/7/2025), Zelensky menyebut pejabat keamanan senior Ukraina, Rustem Umerov, telah menawarkan pertemuan dengan pihak Rusia pada pekan depan. Menurut Zelensky, segala upaya harus dilakukan demi mencapai gencatan senjata.

“Pertemuan di tingkat kepemimpinan diperlukan untuk benar-benar memastikan perdamaian,” kata Zelensky, sekaligus menegaskan kesiapannya bertemu langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Usulan ini muncul hanya beberapa jam setelah serangan besar-besaran Rusia kembali melanda Ukraina dan menewaskan tiga orang.

Menurut Zelensky, serangan terjadi di sepuluh wilayah, termasuk beberapa kota, pada malam Jumat (18/7/2025) hingga Sabtu (19/7/2025).

Militer Ukraina melaporkan lebih dari 340 pesawat tanpa awak, termasuk drone peledak dan tiruan, serta 35 rudal jelajah dan balistik digunakan dalam serangan itu. Namun, banyak di antaranya berhasil ditembak jatuh oleh pertahanan Ukraina.

Sementara itu, dari Amerika Serikat, Presiden Donald Trump menyatakan akan mengirimkan “senjata terbaik” kepada Ukraina melalui negara-negara anggota NATO. Trump juga memperingatkan Rusia dengan ancaman tarif tinggi jika kesepakatan damai tidak tercapai dalam 50 hari.

“Jika kesepakatan damai tidak tercapai sesuai tenggat, kami akan mengenakan tarif sekunder 100 persen yang menargetkan mitra dagang Rusia yang tersisa,” kata Trump,

Sebelumnya, dua putaran perundingan di Istanbul antara Moskwa dan Kyiv belum menunjukkan kemajuan signifikan menuju gencatan senjata. Meski demikian, kedua pihak sempat sepakat dalam pertukaran tahanan skala besar dan pemulangan jenazah tentara yang telah gugur.

Setelah perundingan terakhir pada awal Juni 2025, delegasi Ukraina menyebut Rusia tetap menolak gencatan senjata tanpa syarat, yang menjadi tuntutan utama Kyiv bersama sekutunya di Eropa dan AS. Rusia juga mengajukan sejumlah tuntutan, termasuk permintaan agar Ukraina menyerahkan lebih banyak wilayah dan menghentikan semua bentuk dukungan militer dari Barat. Zelensky menuding Moskwa sengaja menghalangi kemajuan perundingan.

Seperti diketahui, Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022. Hingga kini, Rusia menguasai sekitar 20 persen wilayah Ukraina, termasuk Semenanjung Krimea yang dianeksasi Moskwa sejak 2014.