Pengamat Politik asal Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Agus Riwanto menyebut Pemilu Raya yang akan dilaksanakan oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Solo, Jawa Tengah, 19-20 Juli bisa menjadi role model bagi partai lain.

Agus yang juga pakar hukum tata negara, Selasa mengatakan Pemilu Raya PSI tersebut bisa dijadikan sebagai role model untuk partai lain di Indonesia. Pemilihan ketua umum dengan sistem one man one vote atau satu anggota satu suara tersebut, menurut dia sangat baik diimplementasikan.

“Kalau dilihat secara prosedur, tata cara, dan mekanisme yang dibuat PSI dalam memilih ketum itu sangat baik, karena menggunakan mekanisme pemilu raya,” katanya.

Ia mengatakan secara teknis maka pemilu raya ini melibatkan seluruh stakeholder partai. Dengan begitu, partai politik dihormati untuk memilih ketua umum secara demokratis di tingkat internal partai.

“Itu sangat baik karena itu tradisi baru dalam rekrutmen pemimpin politik di elit partai ya, selama ini partai-partai tidak melakukan hal yang sama itu. Biasanya partai-partai melakukan dengan cara pemilihan tertutup atau formatur, kalau PSI beda. Dia menggunakan mekanisme yang inovatif dalam rekrutmen pemimpin partai politik,” katanya

Sementara itu, ia mengatakan selama ini masalah partai lebih condong pada kekuatan tokoh dibandingkan kadernya. Oleh karena itu, praktik ini sangat baik untuk memilih pimpinan partai agar lebih demokratis.

Ia berpendapat mestinya cara tersebut bisa menjadi role model bagi partai-partai lain dalam memilih pimpinan partai.

“Dengan begitu demokratisasi internal dapat terwujud,” katanya.

Ia mengatakan selama ini belum banyak partai yang menerapkan mekanisme yang memberi ruang pada semua orang agar memiliki kesempatan yang sama.

“Nah, ini yang disebut dengan partai kader.  Problem kita kan di situ ya, PSI mencoba untuk itu. Undang-undang partai politik UU 3 Tahun 2011 tentang Partai Politik itu kan dikatakan bahwa pemimpin partai politik harus dipilih secara demokratis.

Bahkan di undang-undang pemilu juga begit, rekrutmen dilakukan secara internal dengan cara demokratis,” katanya.

Sementara itu, dikatakannya, siapapun yang terpilih nantinya akan ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Ketua Umum PSI, salah satunya harus berjuang untuk memperkuat basis konstituen agar lolos parliamentary threshold pada Pemilu tahun 2029.

“PSI partai yang sudah berjuang di awal Pemilu 2024. Ya harapannya kan kemarin menjadi kendaraan baru bagi keluarga Jokowi ya. Tapi hasilnya kan nggak maksimal, nggak masuk parliamentary threshold. Jadi kalau mau partai ini punya catatan menarik jadi harus berjuang untuk memperkuat basis konstituen agar dia lolos PT di 2029,” katanya.

Ia berpesan agar PSI tetap menggunakan cara yang sehat untuk memperkuat basis konstituen tersebut.

“Tentu kaderisasi yang lebih kuat, kemudian isu yang dibangun lebih baik,” katanya.

Ia juga berharap agar PSI tidak menjadi partai keluarga mengingat saat ini pemilih di Indonesia adalah pemilih kritis.

Selain itu, diharapkan PSI ke depan memilih greget politik dengan membangun agenda-agenda dan program-program yang lebih dekat kepada pemilihnya gitu.