Seperti diketahui bersama, bahwa pemerintah telah menetapkan tanggal 22 Oktober, kita Bangsa Indonesia memperingati hari Santri Nasional. Merupakan salah satu bukti dan pengakuan historis bahkan faktual betapa santri dan pesantren tentunya telah memiliki investasi yang amat berarti dalam memerdekakan serta mengisi kemerdekaan serta memajukan Bangsa Indonesia hingga hari ini. Demikian dinyatakan Prof Arifuddin.

"Memang, bagi mereka yang alergi atau dalam sapaan yang lebih sopan "mereka yang lâ yafqahůn" bisa saja salah faham dengan tradisi unik yang dimiliki santri di pesantren. Bagaimana hubungan santri dengan pondoknya, dengan kiyai-kiyainya baik yang telah wafat maupun yang masih hidup, begitupun dengan hubungan santri dengan kitab-kitab serta dengan sesama santri. Itu semua seolah memiliki rahasia tersendiri yang hanya bisa difahami oleh santri itu sendiri, tidak oleh mereka yang bukan santri apalagi yang alergi terhadap santri dan pesantren" tandas Ketua PW ISNU Sumatera Utara ini.

Lebih jauh menurutnya, bahkan seserius Snouck Hurgrounje (Peneliti Belanda) yang puluhan tahun menyaksikan santri dan pesantren dari sangat dekat saja, masih belum mampu memahami secara substantif siapa santri dan apa sesungguhnya pesantren itu. Karena itu tayangan Trans 7 tentang santri dan kehidupan pesantren yang baru-baru ini telah membuat gaduh publik terutama para santri di Nusamtara, benar-benar telah mendegradasi secara substantif pesantren sebagai salah satu modal sosial penting bagi Bangsa Indonesia terutama dalam memajukan sektor sumberdaya, spiritualitas, moraitas, intelektualitas, kemandirian, serta daya tarung anak bangsa.

Prof Arif juga menegaskan sebagai berikut : "Mungkin, kita harus mencoba memaklumi kesulitan sebagian orang dalam memahami santri dan pesanten karena keunikannya. Dan untuk membayar kemakluman itu, saya kira ISNU sebagai salah satu wadah melanjutkan kiprah bagi santri bisa menampilkan prototipe santri dalam konteks yang lebih inklusif, lebih membaur ataubdalam istilah Ketum PP ISNU Prof. Kamaruddin Amin, "lebih berdampak", agar masyarakat dapat menyaksikan serta merasakan kehadiran santri dan pesantren di tengah-tengah masyarakat atau umat.

Tentu saja, statemen ini tidak dimaksudkan untuk membatasi ISNU hanya bagi mereka yang pernah nyantri, tetapi lebih pada meminjam ISNU sebagai salah satu etalase untuk mendekatkan pemahaman masyarakat tentang siapa itu santri dan apa itu pesantren.

Untuk hal ini, yang menjadi tantangan utama adalah kemampuan aktualisasi. Dalam salah satu Dialaog, Gus Baha pernah menjelaskan bahwa: "ilmu santri itu sederhana, tapi uniknya, dengan ilmu yang sederhana itu seorang santri mampu menjawab bahkan persoalan apa pun dalam kehidupan di masyarakat".

Dari statemen itu, menurut Prof Arif, seorang santri dapat diibaratkan bagaikan seorang petapa yang dalam pertapaannya, tugas utamanya adalah berkhidmat kepada guru dan perguruannya, menjalankan latihan jurus-jurus sesuai petunjuk gurunya. Memanglah, dalam proses pertapaan itu, jangankan orang luar, bahkan sipetapa sendiri terkadang tidak benar-benar mampu memahami kenapa dan untuk apa latihan yang diikutinya hingga kemudian dia diberi ijazah dan diperintahkan untuk turun gunung.

Itu berarti ilmu-ilmu yang diajarkan di pesantren telah diorientasikan sebagai modal penting dalam menjawab berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat dalam berbagai dimensi kehidupan.

Karena itu, dalam pengembaraannya setelah turun gunung, maka satu demi satu jurus-jurusnya atau ilmunya akan menemukan lawan atau tempat dimana dia mesti dipraktikkan untuk memberi dampak atau manfaat bagi sesama.

ISNU sendiri adalah salah satu wadah yang di dalamnya terhimpun sarjana dari berbagai bidang, yang kemudian didorong untuk terjun ke dalam berbagai profesi, bidang usaha, instansi dan lembaga dimana di dalamnya dibutuhkan jurus-jurus ampuh yang telah dipelajari dan dikuasai seorang sarjana sejak menjadi santri pada pesantren.

Demikian lah, dari pesantren ke ISNU, dari santri menuju sarjana, harus dapat memberi lebih banyak manfaat, dampak bagi perbaikan kehidupan, seterusnya bagi kemajuan bangsa, agama, dan peradaban dunia. "Selamat Hari Santri Tanggal 22 Oktober 2025, santri jaya, ISNU Berdaya san Berdampak, Indonesia Emas".